Pemanasan sederhana! Inikah bagaimana Tuhan berbicara? Silahkan
bandingkan 5 ayat Injil ini dengan 4 ayat Al-Qur'an yang disalin ulang di bawah
ini.
Dalam penggambaran Al-Qur'an, Musa Alaihis-salam sangat membutuhkan dua
hal sewaktu berfikir di Sinai dengan jamaah dan keluarganya. Dia menginginkan
'api' untuk memasak dagingnya, dan 'petunjuk' menuju beberapa komunitas yang
ramah di padang pasir. Allah membentangkan rencananya. Musa Alaihis-salam dibuat
'memulai' misinya dari ilusi pembakaran batu bara menuju kenyataan tentang
pembakaran api spiritual dalam jiwa manusia selama ribuan tahun dan sebuah
petunjuk yang benar sebagai penuntun manusia.
'Api' yang dilihat Musa Alaihis-salam, bukanlah api biasa. Baginya
berarti sebuah cahaya api miliknya sendiri yang mudah, api tersebut juga
menunjukkan kehadiran manusia lain yang darinya ia dapat memperoleh informasi
dan petunjuk.
"Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil, 'Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu, sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa." (QS. Tha-haa: 11-12).
Sejarah spiritual Musa Alaihis-salam berawal di sini dan ini merupakan
kelahiran spiritualnya. Dalam istilah Injil --'Engkau telah Kuperanakkan pada
hari ini!' Ini adalah bagaimana Tuhan berbicara kepada Daud Alaihis-salam
tentang pertemuannya, pada kitab Mazmur 2: 7.
Keseluruhan bagian Al-Qur'an di atas penuh arti gaib yang paling tinggi,
direfleksikan dalam ayat-ayat bersajak pendek dalam bentuk asli. Irama dan arti
di dalam teks memberi kesan misteri tertinggi. Untuk mempermudah perbandingan
ini saya menyalin ulang empat ayat tersebut bersama-sama:
"Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya, 'Tinggallah kamu (disini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu. Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil, 'Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu, sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa'..." (QS. Thahaa: 9-12).
Thuwa adalah lembah tepat dibawah Gunung Sinai, tempat dimana Musa
Alaihis-salam selanjutnya menerima hukum. Dalam arti gaib yang sejajar, kita
diseleksi dengan cobaan-cobaan dalam kehidupan yang sederhana ini, lembah yang
suci dan menerima pujian Tuhan setinggi gunung (Tur) Sinai, kecuali jika kita
mempunyai pengetahuan untuk dapat mengetahuinya. Dan, 'terompah' harus dilepas
sebagai tanda penghormatan. Dalam arti gaib yang sama, Musa Alaihis-salam
sekarang harus menyimpan semua keinginan dan keperluan duniawinya, ia telah
dipilih oleh Tuhan Yang Maha Tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar