Di dalam Kitab Ibrani 5:7, Yesus menunjukkan:
“Dalam Hidupnya sebagai manusia, …. Ia memanjatkan do’a dan permohonan dengan
ratap tangis dan keluhan kepada Dia, Yang sanggup menyelamatkannya dari maut,
dan karena kesalehannya, ia telah didengarkan”. Ini dapat menuntaskan perkataan,
bahwa Yesus tidak wafat di kayu salib; tetapi untuk memperkuat bukti, kita harus
melihat sumber lainnya.
Pertamakali harus kita renungkan: Yesus tidak lama
tergantung di kayu salib, beliau dipaku dan diturunkan pada hari itu juga
setelah dilaksanakannya hukuman tersebut, sebagaimana diterangkan di atas, bahwa
si tersalib harus segera diturunkan sebelum Hari Sabath tiba. Sekarang,
penyaliban sudah dipastikan bukanlah suatu penyebab kematian yang cepat, tetapi
hal itu adalah suatu penyiksaan yang berkepanjangan sampai berhari-hari.
Kematian semacam itu bisa terjadi akibat kelaparan, haus, cuaca buruk atau
diserang burung-burung pemakan bangkai atau juga diterkam oleh binatang-binatang
buas lainnya. Kadang-kadang kematian semacam itu dapat dipercepat dengan
mematahkan kaki-kaki si terhukum; dan di waktu-waktu yang lain, pelaksanaan
hukuman itu hanya menggantungkan si terhukum di atas kayu salib lalu dianggap
selesai dan kemudian si korban itu segera diturunkan kembali dan begitulah dia
diperbolehkan hidup lagi. Apabila luka-luka akibat penyaliban itu dirawat dengan
seksama, maka luka-luka tersebut bisa sembuh seperti sedia kala.
Harus diingat! Yesus disalib bersama dua orang penjahat,
hal ini dapat kita baca di dalam Injil Lukas 23:30-40, dimana mereka
sama-sama menderita seperti Yesus:
“Salah seorang penjahat yang disalib itu menghujat dia,
katanya: Jika engkau Kristus, selamatkanlah dirimu dan kami.
“Tetapi yang seorang lagi menegur dia, katanya: Tidak
takutkah engkau kepada Tuhan, sedangkan engkau mendapat hukuman yang sama?
Seperti telah dijelaskan, Yesus dan para pencuri itu
telah diturunkan dari kayu salib pada waktu yang sama dan pada saat itu pula
para pencuri itu masih hidup. Jadi, mereka pun sama-sama mengalami penderitaan
seperti halnya yang dialami Yesus; namun ada yang tidak sama karena Yesus nampak
sudah wafat, terutama tidak lama setelah beliau “berteriak dengan keras sekali,
katanya: “Eli! Eli! Lama sabakhtani! Artinya: “Tuhan! Tuhan! Mengapa Kau
tinggalkan daku!”
Hal lain yang harus diingat bahwa, BIbel memberitahukan
kepada kita, ketika Yusuf Arimathea, mengajukan permohonan kepada Pilatus untuk
meminta jasad Yesus, Pilatus, orang yang sangat berpengalaman, tahu bahwa
kematian akibat penyaliban pasti memakan waktu yang cukup lama. “ia merasa heran
kalau Yesus ketika itu sudah wafat” (Markus 15:44). Lagi pula, sewaktu
seorang prajurit Romawi menombak lambung Yesus dengan lembing, untuk mengetahui
apakah beliau sudah wafat atau belum, “tiba-tiba mengalirlah darah dan air dari
luka itu” (Yahya 19:34). Jika Yesus sudah wafat, maka hanya darah
kentallah yang pasti keluar dari luka itu. Hal ini erat sekali hubungannya
dengan suatu hal yang sangat menarik, yaitu penemuan-penemuan mutakhir tentang
Kain Kafan yang ada di Turin yang terkenal itu, dimana tubuh Yesus dibungkus
atau dikafani dengan kain itu ketika beliau dibawa ke pemakaman yang berbentuk
goa.
0 komentar:
Posting Komentar